Indowebster. Juny ‘Acong’ Maimun sudah menjebol ribuan server, dia gemar masuk ke server orang. Bukan untuk mengeruk keuntungan tapi untuk mempelajari source code aplikasi atau desain sebuah database. Pria yang kerap disapa Acong itu, memang aktif di komunitas AntiHackerlink. Di kalangan peretas, ia dikenal dengan nama ‘Bagan’.
Kini Acong tidak mau lagi melakukan hal seperti itu. Kini ia tengah mengembangkan bisnisnya di bidang teknologi informasi yang tengah berkembang pesat. “Sekarang saya cuma pengen nebus dosa,” kata Acong. Ia juga menyarankan rekan-rekan sesama hacker yang salah jalan, untuk insaf kembali ke ‘jalan yang benar’.
Kini, Acong sibuk dengan tiga proyek yang ia jalankan, bisnis warung internet, usaha penyediaan jasa internet, dan menjalankan situs bagi pakai file, foto, dan musik : Indowebster.
Usaha warnet ditekuni sejak dia masih kuliah di New College Stamford. Dari pertama Acong hanya punya satu warnet, kini bekerjasama dengan rekannya, ia mengoperasikan sekitar tujuh buah warnet. Selain bisnis warnet, Acong juga memiliki ISP bernama Maxindo Mitra Solusi. Acong juga mulai terjun ke dunia web saat mendirikan forum khusus bagi para pecinta game, bernama Indogamers.
Sejak sekitar 3 tahun lalu, Acong mendirikan sebuah situs bagi pakai file bernama Indofile. Acong sendiri menginvestasikan dana sekitar Rp 50 juta untuk membeli server untuk keperluan situs bagi pakai file. Situs ini bertahan selama setahun. Hingga pada akhirnya, Acong mengubah Indofile menjadi Indowebster. “Indowebster merupakan perpaduan dari Rapidshare, ImageShack, dan Youtube,” kata Acong.
Dalam mengelola Indowebster, Acong sama sekali tak mau menarik keuntungan dari situs web ini. Hal ini terkait erat dengan filosofi yang dipegang teguh oleh Acong : Internet adalah tempat berbagi, sehingga tak sepatutnya bila sebuah situs web mengutip keuntungan.
Ke depan Acong sedang mempersiapkan sebuah strategi baru untuk memperluas layanan Indowebster, yaitu menyediakan layanan TV internet. Walaupun tak mengkomersilkan Indowebster, Acong tak pernah takut situs itu bangkrut. Biaya operasional Indowebster sendiri, Acong ambil dari berbagai keuntungan yang ia dapatkan dari bisnis ISP dan proyek-proyek yang ia kerjakan bersama tim pengembangan mereka.
Menurutnya, praktek berbagi yang ia terapkan merupakan prinsip dari Open Source. Ia sangat mendukung penyebaran ilmu atau teknologi secara terbuka dan cuma-cuma sehingga semua orang bisa menikmatinya. “Kebaikan yang kita lakukan pasti akan membawa feedback. Semakin kita berbagi, semakin kita akan mendapatkan sesuatu. Kenapa musti takut berbagi?” begitu kata Acong. Buktinya, total investasi dari perangkat-perangkat yang dimiliki Indowebster saat ini sekitar Rp 1.3 miliar.
Bagi Acong sendiri, menjadi pengusaha di bidang IT seperti saat ini bukan cita-citanya sejak kecil, karena Acong mengaku tak pernah punya cita-cita di waktu kecil. Hanya saja, pekerjaannya saat ini memang sangat cocok dengan kegemaran dasarnya, yaitu menyediakan sesuatu untuk digunakan orang lain. “Bila sesuatu yang kita sediakan bermanfaat bagi orang lain, rasanya ada kepuasan tersendiri,” ujarnya kemudian.
Kini Acong tidak mau lagi melakukan hal seperti itu. Kini ia tengah mengembangkan bisnisnya di bidang teknologi informasi yang tengah berkembang pesat. “Sekarang saya cuma pengen nebus dosa,” kata Acong. Ia juga menyarankan rekan-rekan sesama hacker yang salah jalan, untuk insaf kembali ke ‘jalan yang benar’.
Kini, Acong sibuk dengan tiga proyek yang ia jalankan, bisnis warung internet, usaha penyediaan jasa internet, dan menjalankan situs bagi pakai file, foto, dan musik : Indowebster.
Usaha warnet ditekuni sejak dia masih kuliah di New College Stamford. Dari pertama Acong hanya punya satu warnet, kini bekerjasama dengan rekannya, ia mengoperasikan sekitar tujuh buah warnet. Selain bisnis warnet, Acong juga memiliki ISP bernama Maxindo Mitra Solusi. Acong juga mulai terjun ke dunia web saat mendirikan forum khusus bagi para pecinta game, bernama Indogamers.
Sejak sekitar 3 tahun lalu, Acong mendirikan sebuah situs bagi pakai file bernama Indofile. Acong sendiri menginvestasikan dana sekitar Rp 50 juta untuk membeli server untuk keperluan situs bagi pakai file. Situs ini bertahan selama setahun. Hingga pada akhirnya, Acong mengubah Indofile menjadi Indowebster. “Indowebster merupakan perpaduan dari Rapidshare, ImageShack, dan Youtube,” kata Acong.
Dalam mengelola Indowebster, Acong sama sekali tak mau menarik keuntungan dari situs web ini. Hal ini terkait erat dengan filosofi yang dipegang teguh oleh Acong : Internet adalah tempat berbagi, sehingga tak sepatutnya bila sebuah situs web mengutip keuntungan.
Ke depan Acong sedang mempersiapkan sebuah strategi baru untuk memperluas layanan Indowebster, yaitu menyediakan layanan TV internet. Walaupun tak mengkomersilkan Indowebster, Acong tak pernah takut situs itu bangkrut. Biaya operasional Indowebster sendiri, Acong ambil dari berbagai keuntungan yang ia dapatkan dari bisnis ISP dan proyek-proyek yang ia kerjakan bersama tim pengembangan mereka.
Menurutnya, praktek berbagi yang ia terapkan merupakan prinsip dari Open Source. Ia sangat mendukung penyebaran ilmu atau teknologi secara terbuka dan cuma-cuma sehingga semua orang bisa menikmatinya. “Kebaikan yang kita lakukan pasti akan membawa feedback. Semakin kita berbagi, semakin kita akan mendapatkan sesuatu. Kenapa musti takut berbagi?” begitu kata Acong. Buktinya, total investasi dari perangkat-perangkat yang dimiliki Indowebster saat ini sekitar Rp 1.3 miliar.
Bagi Acong sendiri, menjadi pengusaha di bidang IT seperti saat ini bukan cita-citanya sejak kecil, karena Acong mengaku tak pernah punya cita-cita di waktu kecil. Hanya saja, pekerjaannya saat ini memang sangat cocok dengan kegemaran dasarnya, yaitu menyediakan sesuatu untuk digunakan orang lain. “Bila sesuatu yang kita sediakan bermanfaat bagi orang lain, rasanya ada kepuasan tersendiri,” ujarnya kemudian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.