Akibat penayangan acara SILET tersebut menimbulkan keresahan dikalangan pengungsi dan langsung menuai protes keras dari masyarakat dalam jangka waktu satu hari. Total pengaduan yang masuk ke Komisi Penyiaran Indonesia sebanyak 1.128.
Menurut Fenny, ia secara pribadi ingin meluruskan pesan-pesan berantai yang beredar luas dan menyebutkan bahwa dirinya telah memberikan statemen 'Jogjakarta adalah kota malapetaka'.
"Dalam tayangan tersebut, naskah yang saya baca antara lain berbunyi, 'Puncak letusan Merapi kabarnya akan terjadi hari ini (7/11) hingga esok hari pada bulan baru yang jatuh pada tanggal 8 November. Ahli LAPAN selalu mencatat, hampir semua letusan dan guncangan gempa muncul pada bulan baru. Lantas apa yang akan terjadi dengan Yogyakarta? Mungkinkah Yogyakarta, kota budaya yang elok, akan tergolek lemah tak berdaya? Benarkah Yogya yang dalam banyak lagu digambarkan begitu indah akan berubah menjadi penuh malapetaka?'" beber Fenny.
Walaupun demikian pihak RCTI dan segenap redaksi SILET tetap meminta maaf kepada warga Jogjakarta dan seluruh warga Indonesia atas penayangan acara SILET tersebut.
"Segenap tim redaksi Silet memohon maaf yang sedalam-dalamnya atas pemberitaan Silet edisi 7 November 2010 yang memuat ramalan dan pesan berantai yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya tentang prediksi Merapi. Simpati dan doa kami untuk seluruh korban bencana" Demikian pernyataan yang ditayangkan pihak RCTI dalam beberapa kali penayangan dan running teks.
Sebagai informasi tambahan Desa desa sekitar gunung merapi yang direkomendasikan untuk dievakuasi dan Bumi bergejolak, 22 gunung api Indonesia yang statusnya meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.